Senin, 11 Januari 2010

Istiqlal Jakarta

Masjid Istiqlal, atau Masjid Istiqlal, (Masjid Kemerdekaan) di Jakarta, Indonesia merupakan masjid terbesar di Asia Tenggara dalam hal kapasitas untuk menampung orang-orang. Namun dalam hal struktur bangunan dan tanah cakupan, Istiqlal merupakan yang terbesar di Asia Tenggara. Masjid nasional di Indonesia adalah membangun untuk memperingati kemerdekaan Indonesia, sebagai bangsa rasa syukur atas berkat Allah; kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu masjid nasional di Indonesia yang bernama "Istiqlal", kata Arab untuk "Kemerdekaan".


Sejarah
Setelah Revolusi Nasional Indonesia 1945-1949, diikuti dengan pengakuan terhadap kemerdekaan Indonesia dari Belanda pada tahun 1949, ada ide yang berkembang untuk membangun masjid nasional republik yang baru ini, sesuai untuk negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia . Gagasan untuk membangun masjid besar nasional Indonesia diluncurkan oleh KH. Wahid Hasyim, menteri pertama di Indonesia untuk urusan agama, dan Anwar Cokroaminoto, yang kemudian ditunjuk sebagai Ketua Yayasan Masjid Istiqlal. Komite untuk pembangunan Masjid Istiqlal, yang dipimpin oleh Anwar Cokroaminoto, didirikan pada tahun 1953. Anwar mengusulkan gagasan masjid nasional kepada Presiden Indonesia Sukarno, yang menyambut ide itu dan kemudian membantu untuk mengawasi pembangunan masjid. Pada tahun 1954, komite yang ditunjuk Sukarno kepala teknis pengawas.

Sukarno aktif mengikuti perencanaan dan pembangunan masjid, termasuk bertindak sebagai ketua juri untuk kompetisi desain masjid diadakan pada tahun 1955. Desain dikirim oleh Frederich Silaban, seorang arsitek Kristen, dengan tema: "Ketuhanan" (Bahasa Indonesia: Divinity) terpilih sebagai pemenang. Batu fondasi itu diletakkan oleh Soekarno tanggal 24 Agustus 1961 dan pembangunan mengambil 17 tahun. Presiden Indonesia Soeharto meresmikan masjid nasional Indonesia pada tanggal 22 Februari 1978. Hal ini masih masjid terbesar di wilayah: lebih dari 120.000 orang dapat berkumpul di masjid pada waktu yang sama.

Struktur
Segi empat bangunan ruang doa utama ditutupi dengan diameter 45 meter bola pusat kubah. Kubah ini didukung oleh dua belas putaran kolom dan ruang salat dikelilingi oleh empat persegi panjang dermaga membawa empat tingkat balkon. Tangga di sudut-sudut bangunan memberikan akses ke semua lantai. Ruang utama dicapai melalui pintu masuk ditutup oleh sebuah kubah berdiameter 10 meter. Desain interior minimalis, sederhana dan bersih dipotong, dengan sedikit hiasan ornamen geometris aluminium. 12 kolom ditutupi dengan aluminium piring. Di dinding utama qiblat ada mihrab dan mimbar di tengah. Di dinding utama, ada logam besar dari kaligrafi Arab ejaan nama Allah di sisi kanan dan Muhammad di sisi kiri, dan juga kaligrafi dari ayat 14 Surah Thaha di tengah.
Interior masjid Istiqlal; grand kubah ruang doa didukung oleh 12 kolom

Struktur yang terakhir langsung terhubung ke arcade yang berlari-lari di halaman luas. Masjid juga menyediakan fasilitas untuk kegiatan sosial dan budaya, termasuk ceramah, pameran, seminar, konferensi, bazar dan program-program untuk perempuan, kaum muda dan anak-anak.

Beberapa Muslim di Indonesia mengatakan Istiqlal's kubah dan menara struktur terlalu Arab dalam gaya. Mereka menganggap arsitektur sebagai berada di luar selaras dengan budaya Islam dan arsitektur di Indonesia. Sebagai tanggapan, mantan presiden Soeharto mulai inisiatif untuk membangun lebih banyak masjid-masjid dari Jawa beratap tiga desain.

Posisi Koordinat : 6°10′11.40″S 106°49′51.40″E

Tidak ada komentar:

Posting Komentar